Selasa, 21 Juni 2011

Mengantar Jenazah Teman


Kita baru saja ikut menyolati & mengantar jenazah seorang ex karyawan BBG. Meski begitu BBG begitu perhatian terhadap almarhum. Bukan karena dia seorang anak pejabat ataupun mempunyai jabatan tinggi kala itu (dia sekedar karyawan/staf biasa) tapi karena almarhum sedikit banyak telah memberikan kontribusinya kepada BBG sehingga BBG bisa segini besar. Ibarat uang Rp. 1000,-, kalo masih kurang 1 perak aja belum disebut Rp. 1.000,-.

Dilihat dari yang datang melayat (ta’ziyah), sepertinya almarhum seorang yang mempunyai banyak kawan dan sahabat (dekat/jauh). Selain rekan2 BBG & rekan kerjanya dimana almarhum bekerja saat ini, tidak mengira bahwa almarhum yg kita lihat seorang berperawakan sedang, pendiam, tapi humoris, ternyata salah seorang pengurus HTCI (Honda Tiger Club Indonesia - http://www.tiger-club.or.id/). Banyak yang berdatangan dari beberapa daerah. Sekilas mereka tampak bertampang “sangar” dan tidak sedikit pula yang “macho”. Dibalik itu semua mereka tampak lembut dan sangat bersahabat. Tidak sedikit pula yang ikut menyolatan (mendoakan) jenazah di masjid. Apalagi secara spontanitas mereka seolah menjadi ”tuan rumah” sebagai “panitia” penguburan jenazah. 

Sesekali kita yang belum mengenal istri almarhum juga agak bingung, mana kerabatnya, mana istrinya dan mana sahabat2nya. Karena tidak sedikit dari mereka mencucurkan air matanya. Biasanya yg sering kita lihat yg “paling berduka” adalah istri dan kerabat/orang terdekatnya. Terlebih almarhum adalah seorang “Bapak Muda” 34 th, yg meninggalkan seorang istri yg saat ini sedang hamil 3 bulan dan seorang anak perempuan yg berusia 3 tahun. Kita jadi tahu almarhum seorang sahabat yang rajin menyambung tali silaturahmi dengan semua teman/kerabat yangg jauh maupun dekat.

Wahai Allah…ampunilah sahabatku ini, naikkanlah derajatnya diantara orang-orang yang mendapat hidayah, dan lindungilah keluarga dan keturunannya yang masih hidup. Ampunilah dia dan kami, wahai Tuhan sekalian alam, luaskanlah kubur baginya dan berikanlah cahaya didalamnya…

Semoga kita yang masih diberi kesempatan hidup, bisa mengambil hikmahnya….

Driver Taksi Itu Trainerku


Senin kemarin saya sengaja “mengistirahatkan” driver yang selama ini setia menemani saya. Setelah jadwal training yang begitu padat saya khawatir ia jatuh sakit. Untuk memulihkan stamina, ia saya bebaskan mengantar saya. Hari itu, saya menggunakan jasa taxi, Blue Bird.


Begitu saya naik taxi sang driver menyapa dengan kata-kata yang lembut dan bahasa tubuh yang mengesankan. Semakin saya ajak ngobrol, saya semakin “jatuh cinta” dengan driver itu. Dalam hati saya bergumam, “Pasti ada sesuatu di dalam diri driver ini sehingga pribadinya begitu mempesona.  Saya ingin banyak belajar dengan driver ini.”


Agar punya kesempatan yang lebih luas untuk ngobrol, driver ini saya ajak makan siang di salah satu restoran kesukaan saya di Bogor. Awalnya dia menolak, tetapi setelah saya “paksa” akhirnya ia bersedia menemani saya. Ketika saya tanya mau pesan apa, dia menjawab, “Terserah bapak.” Driver itu saya pesankan menu sama persis dengan pesanan saya: Sate kambing tanpa lemak dan sop kambing, masing-masing satu mangkok.

Sebelum makan saya bertanya, “Tinggal dimana?” Dia menjawab, “Balaraja Tangerang.” “Berapa jam perjalanan ke pool?” sambung saya. Diapun menjawab, “Empat jam.” Saya terkejut, “Hah! Empat jam? Pergi pulang delapan jam. Kenapa gak nginep saja di pool?” Dia segera menjawab, “Saya harus menjaga ibu saya.”

“Menjaga ibu?” batinku. Bagaimana mungkin menjaga ibu, sampai rumah jam 23.30 berangkat kerja jam 03.30 dini hari? Untuk mengurangi rasa penasaran, kemudian saya bertanya lagi, “Bukannya sampai rumah ibu sudah tidur, berangkat ibu belum bangun?”

Dengan agak terbata dia menjawab, “Setiap saya berangkat ibu sudah bangun. Saya hanya ingin mencium tangan ibu setiap pagi sebelum berangkat kerja, sambil berdoa semoga saya bisa membahagiakan ibu.”  Jawaban itu menusuk sanubariku, hanya sekedar mencium tangan ibu dan mendoakannya ia rela menempuh perjalanan delapan jam setiap hari. Sayapun ke belakang sejenak menghapus air mata yang mengalir di pipi.

Kemudian saya bertanya lagi, “Apa yang kamu lakukan untuk membahagiakan ibu?” Dengan lembut ia menjawab, “Saya sudah daftarkan umroh di kantor.”

“Maksudnya?” seru saya. Ia menjawab, “Kalau saya berprestasi dan tidak pernah mangkir kerja, saya berpeluang mendapat hadiah umroh dari kantor.  Bila saya menang, hadiah umroh itu akan saya berikan kepada ibu tercinta.”

Mendengar jawaban itu saya menarik napas panjang. Dengan nada agak bergetar ia melanjutkan, “Setiap hari saya pulang agar bisa mencium tangan ibu dan mendoakannya agar ia bisa pergi umroh. Saya benar-benar ingin membahagiakan ibu saya.” Mendengar jawaban itu, haru dan malu bercampur menjadi satu. Air matapun mengalir deras di pipiku. Malu karena pengorbananku untuk ibuku kalah jauh dengan driver taxi ini.

Bila selama ini saya yang membuat peserta training berkaca-kaca. Hari ini Asep Setiawan, driver taxi itu, yang membuatku menangis tersedu. Dia telah menjadi trainer dalam kehidupanku. Ya, Asep Setiawan telah menjadi trainerku… bukan melalui kata-katanya tetapi melalui tindakannya.


Salam SuksesMulia!


Sumber : jamilazzaini.com

Senin, 20 Juni 2011

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula


Ibarat pepatah lama "Sudah Jatuh Tertimpa Tanggpu Pula". Raut kening dan pancaran wajah Bapak presiden kita terlihat jelas. Meski tidak ada hubungan dekat, apalagi saudara. Meski pula bukan tokoh idola yang saya kagumi, tapi saya coba untuk sedikit berempati.

Banyak kasus dan permasalahan negara yang menimpa beliau semenjak beliau menjabat Kepala Negara & Kepala Pemerintahan RI. Entah kenapa semenjak di bawah kekuasannya, banyak sekali bencana yang menimpa negeri kita (bukan karena beliau lantas banyak bencana), tapi saya cenderung melihatnya sebagai bagian dari "cobaan" yang diberikan Alloh padanya.

Satu kasus menimpa belum selesai, datang lagi kasus lainnya. Seolah-olah permasalahan selalu membelitnya. Apalagi ini menyangkut "citra"nya sebagai presiden yang notabene "pilihan rakyat". Sekarang "rakyat" seolah-olah "menyerang" balik menagih semua janji-janjinya yang dulu pernah dipaparkannya.

Bayangkan dari sekian juta rakyat Indonesia menuntut semua kasus / permasalahan diselesaikan tuntas. Apa yang ada dalam benak kita, seandainya kita dalam posisi yang sama dengan beliau. Pusing, stres, depresi, "cenat-cenut" dan kalau "tidak kuat" bisa jadi "bunuh diri".

Saya sebagai "rakyat kecil" tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa berdoa, berdoa dan berdoa, sekiranya beliau diberikan kesabaran, ketangguhan dan kekuatan. "Rakyat" yang merasa tidak puas, jengkel, marah dan merasa "dibohongi" diberikan hidayah-Nya, agar senantiasa juga ikut bersabar dan terus-menerus bahu membahu mermberikan solusi maupun doa.

Alangkah indahnya, seandainya terjalin hubungan yang harmonis. Penguasa merasa tidak dipojokkan kala "kritik pedas" menyerangnya bertubi-tubi, tetapi menganggapnya sebagai suatu masukan yang sangat berarti untuk memperbaiki kinerja pemerintahan. "Rakyat" pun memberikan "ruang " kepada penguasa untuk memperbaiki diri. Saling menasehati dalam hal kebaikan dan kebenaran, saling mencegah kemungkaran untuk membangun negeri yang "bersih & berwibawa". 

Apakah kita kufur terhadap-Nya. Negeri ini terpecah belah hanya karena kita merasa "paling dibutuhkan", saling cekcok, saling menyalahkan,saling berprasangka buruk, saling "menghantam" secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Dalam Al-Quran Allah menggambarkan suatu negeri yang penuh dengan nikmatNya, akan tetapi karena penduduk negeri tersebut kufur terhadap nikmat Allah maka negeri itupun akhirnya ditimpa bencana dan musibah, seperti yang difirmankan Allah di dalam Al-Qu'an:

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezki datang melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk) nya kufur pada ni'mat-ni'mat Allah; karena itu Allah menimpakan kepada mereka bahaya kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat" (An-Nahl 16:112).


Allah tidak akan membinasakan suatu negeri apabila dalam negeri tersebut masih terdapat orang-orang yang punya kepedulian da'wah, mengajak masyarakatnya untuk menegakkan syari'at secara kaaffah, Allah berfirman :
"Dan tidaklah Tuhanmu akan membinasakan suatu negeri secara zalim sedang penduduk negeri itu senantiasa melakukan perbaikan (amar ma'ruf)" (Hud 11:117).


Mari kita berbenah....bangsaku..!!




Bosku Ulang Tahun


Hari ini, Senin 20 Juni 2011, Bosku ulang tahun yang ke-42 tahun. Setahun yang lalu aku baru bisa merasakan suasana syukuran ulang tahunnya yang ke-41, karena baru setahun tiga bulan aku bekerja di sini. Bosku seorang wanita karir yang masih tetap cantik, smart & care.

Menu ala buffet dihidangkan sedemikian indah dan menariknya, bernuansa tradisional. Mungkin ada beberapa menu yang belum terbiasa aku makan, sekarang bisa aku makan. Dua kali bersyukur untuk Alloh yang telah memberikan padaku seorang pemimpin / atasan yang baik, bersahaja dan peduli, bersyukur pula terhadap  apa yang telah Alloh berikan padaku masih diberi kesempatan kedua bisa mengulang keakraban lagi dengan teman2 di sini.

Baru kali ini juga aku merasakan suasana keakraban yang berbeda dari beberapa perusahaan dimana dulu aku bekerja. Mungkin hal ini salah satu yang membuatku saat ini masih betah / bertahan di sini. Suasana kekeluargaan yang begitu kental seperti di rumah sendiri. Suasana seperti ini yang sebelumnya aku dambakan, di saat kejenuhan bekerja melanda, masih ada sisi lain yang membuat pikiran dan hati lebih enjoy, sehingga bekerja tidak sekedar menghasilkan suatu prestasi tapi juga keakraban / keramahtamahan.

Saat pertama kali mengenal beliau,aku bisa menilainya bahwa beliau seoarang yang smart & care, terlepas dari segala kekurangannya sebagai manusia biasa. Cerdas dalam berpikir dan bertindak, hal ini tercermin dalam setiap beliau berkomunikasi selalu jelas, tegas dan mudah dipahami. Apa yang diucapkannya, itu pula yang beliau kerjakan. Perhatian beliau terlihat dari kepeduliannya terhadap semua rekan kerjanya dan khususnya di departemennya. Tak hanya itu, dari beberapa program kepeduliannya terhadap anak-anak yatim,menjadi bukti nyata bahwa beliau memang seorang yang pemurah dan peduli terhadap sesama.

Acara syukuran yang tiap tahun beliau gelar di kantor adalah salah satu bentuk kepeduliannya. Kita semua merasa di-"manusiakan" dan kita dianggap sebagai bagian penting dalam karier beliau.

Semoga Alloh senatiasa memberikan kesehatan, keselamatan, kesejahteraan, keberkahan, kemuliaan dan keberuntungan kepada Beliau....Sukses Selalu...!!!